Revolusi Industri Otomotif: Kecepatan Produksi Mobil Listrik di Tiongkok
Industri otomotif dunia tengah mengalami perubahan besar, khususnya dalam hal kecepatan pengembangan dan produksi kendaraan listrik (EV). Jika sebelumnya dibutuhkan waktu empat hingga lima tahun untuk mengubah sketsa mobil menjadi model produksi massal, produsen mobil asal Tiongkok berhasil memangkas proses tersebut menjadi hanya dua tahun. Perubahan ini menandai era baru dalam industri otomotif global yang semakin kompetitif.
Pendekatan Berbeda dengan Produsen Tradisional
Produsen mobil Tiongkok tidak lagi mengikuti pola kerja tradisional seperti Detroit atau Jepang. Mereka lebih mirip dengan perusahaan teknologi Silicon Valley, yang berfokus pada inovasi cepat dan peluncuran produk secara berkala. Dalam dunia EV, pendekatan ini terbukti efektif karena konsumen kini mengharapkan pembaruan teknologi setiap beberapa bulan, mirip dengan siklus upgrade smartphone atau laptop.
Beberapa merek ternama seperti BYD, Xpeng, Zeekr, dan Chery telah menerapkan strategi pengembangan berkecepatan tinggi. Hasilnya? Mobil-mobil mereka hadir dengan frekuensi yang jauh lebih sering, dilengkapi fitur-fitur canggih, dan harga yang sangat kompetitif.
Toyota Terperanjat dengan Kecepatan BYD
Salah satu contoh nyata dari perubahan ini adalah kolaborasi antara Toyota dan BYD dalam pengembangan sedan listrik bZ3. Toyota, yang dikenal dengan pendekatan metodis dan hati-hati dalam produksi mobil, terkejut melihat cara kerja BYD. Insinyur BYD bahkan disebut “terlalu bebas” karena bersedia melakukan perubahan desain besar meski sudah mendekati tahap akhir pengembangan.
Filosofi BYD mirip dengan startup teknologi: move fast, break things, launch early, and fix issues later. Meskipun pendekatan ini bisa menghasilkan mobil yang belum sempurna saat peluncuran, ia memberikan keunggulan kompetitif karena bisa langsung dipasarkan dan dikembangkan lebih lanjut melalui pembaruan software atau update OTA.
Berbeda dengan Toyota, yang selama ini dikenal akan ketahanan dan keandalannya. Sebagai salah satu produsen mobil terbesar di dunia, Toyota biasanya membuat enam prototipe berbeda untuk satu model dan mengujinya hingga puluhan ribu kilometer demi memastikan kualitas terbaik.
Mobil Listrik dengan Harga Menggoda
Selain soal kecepatan pengembangan, produsen mobil Tiongkok juga unggul dalam hal harga. Contohnya, Toyota bZ3 yang menggunakan baterai Blade LFP milik BYD memiliki jarak tempuh hingga 600 km (sekitar 250 mil dalam standar EPA AS), namun dijual dengan harga hanya $27.000 sebelum subsidi. Harganya bahkan lebih murah lagi untuk versi SUV-nya, yaitu bZ3X, yang dibanderol sekitar $22.000.
bZ3X dikembangkan bersama GAC, sebuah produsen mobil milik negara di Tiongkok. Mobil ini dilengkapi lidar, layar infotainment berbasis chip Qualcomm 8155, dan sistem ADAS terbaru dari Momenta yang berjalan di atas chip Nvidia Orin X. Teknologi yang ditawarkan bahkan bisa mengalahkan beberapa mobil listrik premium dari Barat.
Filosofi Kerja Tim yang Efisien
Keberhasilan produsen mobil Tiongkok dalam mempercepat pengembangan EV tidak lepas dari filosofi kerja tim mereka. Insinyur di sana bekerja 12 jam sehari, enam hari seminggu. Selain itu, mereka membuat lebih sedikit prototipe dan lebih banyak bergantung pada simulasi serta AI untuk pengujian.
Tim pengembangan juga bekerja paralel di berbagai bagian kendaraan, bukan secara bertahap seperti pendekatan tradisional. Ini memungkinkan pengembangan yang lebih cepat tanpa harus menunggu satu bagian selesai dulu sebelum pindah ke bagian lain.
Target Ambisius BYD
BYD saat ini merupakan produsen mobil terbesar ketujuh di dunia berdasarkan volume penjualan. Pada 2024, mereka berhasil menjual 4,3 juta kendaraan secara global, angka yang masih kalah dari Toyota yang mencatatkan 10,7 juta unit. Namun, ambisi BYD jelas: ingin menggeser Toyota dari posisi teratas.
Meski begitu, pertanyaan besar tetap ada: apakah kecepatan ekstrem ala Tiongkok atau obsesi terhadap kesempurnaan ala Jepang yang akan bertahan dalam jangka panjang? Waktu akan memberikan jawabannya.
